KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam
tentang Peradaban Islam.
Pada
kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bp. Suparno selaku dosen mata
kuliah Pendidikan Agama Islam atas dedikasinya kepada kami untuk menyelesaikan
tugas makalah.
Kami
sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca.
Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat kepada kami dan pembaca unutuk kabahagiaan di
dunia dan akhirat. Aamiin.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR
ISI...................................................................................... ii
BAB
I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................... 2
BAB
II : PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebudayaan dalam Islam........................................... 3
2.2 Sejarah Intelektual Islam………………………………………… 4
2.3 Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam................................. 6
2.4 Nilai –Nilai Dalam Budaya Islam............................................. 10
BAB
III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 11
3.2 Saran....................................................................................... 11
BAB IV :
DAFTAR PUSTAKA …………………………………. 12
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Islam diketahui memiliki
karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-agama yang datang
sebelumnya. Di era globalisasi ini,
banyak masyarakat dan khususnya bagi para pelajar yang acuh tak acuh dengan
sejarah Negara, apalagi sejarah paradaban islam. Dewasa ini mereka hanya
memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan untuk di dengar. Padahal,
sejarah, apalagi sejarah peradaban islam sangat penting bagi kita semua.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep kebudayaan dalam
Islam.
2.
Bagaimana sejarah intelektual Islam.
3.
Mengapa masjid sebagai pusat peradaban
Islam.
4.
Bagaimana nilai –nilai dalam budaya
Islam.
1.3
Tujuan
Setelah mendiskusikan tema ini, kita
dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut:
1.
Mengetahui konsep kebudayaan dalam
Islam.
2.
Mengetahui sejarah intelektual Islam.
3.
Mengetahui masjid sebagai pusat
peradaban Islam.
4.
Mengetahui nilai –nilai dalam budaya
Islam.
1.4 Manfaat
1. Menumbuhkan rasa cinta kepada
kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum muslimin masa lalu
2. Memahami
berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Membangun kesadaran generasi muslim
akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia Islam.
4. Memberikan pelajaran kepada generasi
muslim dari setiap kejadian untuk mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh
di masa lalu guna perbaikan dari dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan
negerinya serta demi Islam pada masa yang akan datang.
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk
meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep
Kebudayaan dalam Islam
Kebudayaan berasal dari bahasa
Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan “daya” berarti
hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan
adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Istilah
"kebudayaan" sering dikaitkan dengan istilah "peradaban".
Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra,
religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi,
dan teknologi.
Sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab
yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman” yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam
adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS Ali Imran : 18.
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan
sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Sehingga disimpulkan bahwa Kebudayaan
Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya,
karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam.
Allah
mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu memberikan bimbingan kepada umat.
Manusia agar dalam mengembangkan kebudayaan tidak lepas dari nilai-nilai
ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti, “Sesungguhnya aku diutus Allah
untuk menyempurnakan akhlak.”
Dalam perkembangannya kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh wahyu
dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang
bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya sendiri.
Disini agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalammengembangkan akal budinya
sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadaban Islam.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini
semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu
sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya
sendiri, disini sangat terasa akan
perlunya suatu bimbingan wahyu. Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang akan
menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat
sebagai Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam.
Mengawali tugas utamanaya, Nabi
meletakkan dasar – dasar perkembangan Islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam keluar dari
jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses
panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya - budaya setempat dengan nilai –
nilai Islam yang kemudian melahirkan budaya
Islam. Kebudayaan ini berkembang
menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.
2.2
Sejarah Intelektual Islam
Dengan menggunakan teori
yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat
dari segi perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa, yaitu masa klasik,
antara tahun 650 -1250 M, masa pertengahan,
antara tahun 1250 – 1800 M, dan masa modern atau kebangkitan intelektual
Islam kembali, antara tahun 1800 M hingga sekarang
dan seterusnya.
Pada masa klasik lahir
ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam
Maliki dibidang Hukum Islam. Di bidang filsafat Islam seperti Al Kindi tahun 801 M, yang berpendapat bahwa kaum Muslimin
hendaknya menerima filsafat
sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Kemudian Al-Razi lahir tahun 865 M, Al-Farabi lahir tahun
870 M, sebagai pembangun agung filsafat Islam. Pada abad berikutnya lahir
pula filosof besar Ibnu maskawaih pada tahun 930 M, yang terkenal memiliki pemikiran
tentang pendidikan akhlak.
Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1138M, Ibnu Tufail tahun
1147 M, dan Ibnu Rusyd tahun 1126 M. Pada masa pertengahan, yaitu antara
tahun 1250 M - 1800 M, dalam catatan sejarah pemikiran Islam pada masa ini merupakan fase kemunduran
karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal
dipertentangkan dengan Wahyu, iman
depertentangkan dengan ilmu, dan dunia dipertentangkan dengan akhirat. Jika
diperhatikan secara seksama pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sebagian
ulama kontemporer sering melontarkan tuduhan kepada Al-Ghazali sebagai yang
pertama menjauhkan filsafat dengan agama sebagaimana dalam tulisannya “Tahafutul Falasifah” (kerancuan filsafat). Tulisan Al-Ghazali itu dijawab Ibnu Rusyd dengan tulisan “TahafutuTahafut” (kerancuan diatas kerancuan). Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering
dilontarkan oleh paraintelektual muda
muslim. Mengapa umat Islam tidak bisa mengusai ilmu danteknologi modern
?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat Islam tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan
oleh para ulama besar padamasa klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam
terbuai dengan kemegahan yang bersifat
material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir para ilmuwan dan
tokoh – tokoh caliber dunia dikalangan umat Islam dari Negara-negara
kaya di Timur Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di Negara
bekas jajahan sangat sulit membangun semangat kebangkitan intelektual
Islam karena keterbatasannya.
`tBur È,Ï%$t±ç„ tAqß™§9$# .`ÏB ω÷èt/ $tB tû¨üt6s? ã&s! 3“y‰ßgø9$# ôìÎ6Ftƒur uŽöxî È@‹Î6y™ tûüÏZÏB÷sßJø9$# ¾Ï&Îk!uqçR $tB 4’¯<uqs? ¾Ï&Î#óÁçRur zN¨Yygy_ ( ôNuä!$y™ur #·ŽÅÁtB ÇÊÊÎÈ
Q.S. An-Nisa ayat 115 juga
disebutkan, “Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan
dia dalam kesesatan yang dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam
neraka jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.”
2.3 Masjid sebagai Pusat
Peradaban Islam
Dalam bahasa
Arab, masjid berarti tempat sujud atau tempat ibadah.Dalam perjalanan sejarah
Islam, masjid bukan sekadar tempat untuk menunaikan ibadah shalat (terutama
shalat berjamaah), namun juga berperan lebih fenomenal dan krusial dalam
menunjang kehidupan masyarakat. Islam mengajarkan pendirian masjid harus
memberikan manfaat luas, terdalam dan lengkap mengingat seluruh permukaan bumi
adalah masjid namun Masjid pada umumnya hanya dipahami oleh
masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat, padahal masjid mestinya
berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak awal
berdirinya masjid belum
bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai peribadatan.
Padaumumnya,disamping tempat shalat. Masjid pada zaman Nabi dijadikan sebagai pusat
peradaban Islam. Nabi Muhammad SAW mensucikan jiwa kaum muslimin,membina sikap dasar kaum muslimin
terhadap orang yang berbeda agama atau ras,hingga
upaya – upaya meningkatkan kesejahteraan
umat justru melaui Masjid. Masjid dijadikan symbol kesatuan dan persatuan umat Islam.
Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi Muhammad mendirikan masjid
pertama,,fungsi masjid masih sebagai pusat peribadatan umat islam.
Belajar dari
sejarah Islam, seharusnya eksistensi masjid pada masa kini harus lebih mampu
memberi makna terdalam, terluas dan terlengkap bagi kehidupan masyarakat
Muslim. Karena itu, pengembangan dan pengayaan ulang atau revitalisasi fungsi
masjid sebagai pusat berbagai kegiatan sosial-keagamaan, pendidikan, politik, kesehatan
dan sebagainya kini menjadi lebih diperlukan. Tujuannya untuk menciptakan manfaat dan dampak masjid yang maksimal serta berkesinambungan
dalam mengembangkan peradaban dunia Islam yang maju, ramah, mandiri, damai dan modern.
$yJ¯RÎ)
ãßJ÷ètƒ
y‰Éf»|¡tB
«!$#
ô`tB
šÆtB#uä
«!$$Î/
ÏQöqu‹ø9$#ur
ÌÅzFy$#
tP$s%r&ur
no4qn=¢Á9$#
’tA#uäur
no4qŸ2¨“9$#
óOs9ur
|·øƒs†
žwÎ)
©!$#
( #†|¤yèsù
y7Í´¯»s9'ré&
br&
(#qçRqä3tƒ
z`ÏB
šúïωtFôgßJø9$#
ÇÊÑÈ
“Sesungguhnya yang dapat memakmurkan
masjid-masjid Allah itu hanyalah:orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
yang akhir orang-orang yang menegakkan shalat dan menunaikan zakat dia tidak
takut melainkan hanya kepada Allah, maka mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk” (Q.S. At-Taubah (9):18).
¨br&ur y‰Éf»|¡yJø9$# ¬! Ÿxsù (#qããô‰s? yìtB «!$# #Y‰tnr& ÇÊÑÈ
Allah berfirman dalam Al-Quran: “Dan
sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah Ta`ala, maka janganlah kamu
menyeru seseorang beserta-Nya.” (Q.S. Al-Jin (72):18)
Ÿw óOà)s? Ïm‹Ïù #Y‰t/r& 4 î‰Éfó¡yJ©9 }§Åc™é& ’n?tã 3“uqø)G9$# ô`ÏB ÉA¨rr& BQöqtƒ ‘,ymr& br& tPqà)s? Ïm‹Ïù 4 Ïm‹Ïù ×A%y`Í‘ šcq™7Ïtä† br& (#rã£gsÜtGtƒ 4 ª!$#ur =Ïtä† šúïÌÎdg©ÜßJø9$# ÇÊÉÑÈ
Firman Allah dalam Al-Quran: “Sesungguhnya
masjid itu dibangun diatas takwa” (Q.S. At-Taubah (9):108).
2.4 Nilai-nilai Islam dalam
budaya Indonesia
Islam
masuk ke indonesia lengkap dengan
budayanya. Karena islam masuk dan berkembang dari negri Arab, maka islam yang
masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah islam ke Indoesia
dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran islam dan mana budaya barat.
Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab
dengan perilaku ajaran islam. Seolah-olah apa yang dilakukan orang Arab
tersebut mencerminkan ajaran islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih
melekat pada tradisi masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan dakwah islam di
Indonesia para da’i mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya,
sebagaimana dilakukan oleh para wali di
tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran islam dengan
budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah
masuk dan menjadi teradisi dalam kehidupan sehari-hri mereka. Lebih jauh lagi
bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan mereka. Seperti dalam upacara-upacara, adab dan penggunaan bahasa
sehari-hari. Bahasa Arab/ Al Qur’an sudah banyak masuk dalam bahasa daerah
bahkan kedalam bahasa Indonesia baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang
dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam.
وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى
النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ
صَبَّارٍ شَكُورٍ (ابراهيم:5)
Artinya:
“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami,
(dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita
kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari
Allah". sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak bersyukur” (Ibrahim:5).
عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رضى الله عنهما أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا
يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ
رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ
مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ ». (رواه مسلم)
Artinya:
Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum Jahiliyah biasa berpuasa pada hari Hari
Asyura (10Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum Muslimin pun mempuasainya
sebelum difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan difardukan, Rasulullah
SAW bersabda: “Sesungguhnya Asyura itu satu di antara Hari-Hari Allah. Siapa
mau berpuasa silahkan, bagi yang tidak mau pun tidak mengapa”. (HR Muslim).
Banyak tradisi masyarakat indonesia
yang bernuansa islami, biasanya tradisi tersebut dilaksanakan untuk memperingati
hari besar umat islam, seperti misalnya perayaan sekaten yang diselenggarakan
untuk menyambut maulid nabi, ada juga perayaan yang dimaksudkan untuk
memperingati perjuangan penyebaran ajaran islam seperti perayaan tabuik di
Pariaman ( Sumatera Barat ) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Islam adalah agama yang diturunkan
oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di berikan kepada nabi Muhammad SAW
untuk disebarkan untuk umat manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya,
rasa, dan cipta dan masyarakat.
2. Agama merupakan sumber kebudayaan
dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari agama islam itu sendiri.
3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan
menggunakan dan mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya. Dan pada pra
islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.
3.2
Saran
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai
untuk meletakkan islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat
membangun kebudayaan islam dengan landasan konsep yang berasal dari islam pula.
DAFTAR PUSTAKA
http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/makalah-kebudayaan-islam.html
http://pay-wuang.blogspot.com/2012/02/makalah-perkembangan-sosial-budaya.html
http://jaririndu.blogspot.com/2011/11/bab-ipendahuluana.html
http://imaza17.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-kebudayaan-islam.html
http://menjaga-bumi.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-makalah-yang-baik-dan.html
Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia,Jakarta:
Bulan Bintang, 1993
Ahmad Syalaby,Tarikh al Islamiyah al hadzarah al
islamiyah,Kairo;cetakan ke IV, 1978
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta;Rajagrafindo,1993
Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial,
Jakarta, Tiara Wacana,…..,
Dudung abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,Jakarta;
LOGos, 1999
Harun Nasution
Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka, 1992
Sayyid Quthub, Konsepsi
Sejarah dalam Islam,Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,
Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al
Islam, penerjemah Nabhan Husein
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari
klasik hingga modern,Yakarta;Rajagrafindo, 2004
1 komentar:
wah bagus nih
kunjungi ituapa.com and lyricku.com
kawaiipedia.blogspot.com
diary otaku full
Posting Komentar