Translate

Selasa, 18 Desember 2012

Puisi Aspal Merah




Ku tapaki jejalanan di sebrang sana
gemuruh klakson meraung – raung
bising
aku pun terus berjalan menelusuri rerentetan aspal

Pandangku terbelalak
hatiku gemetar luruh
tergeletak tubuh mungil tak berdaya
mati
mukanya hancur penuh luka
semuanya merah tertutup darah
aku tertunduk tak berdaya melihat perutnya yang buncit
dia bunting

Hidup tak semudah yang kita bayangkan
tak semudah mengorek upil di pedalaman
ataupun makan ayam di kandang

Luka dan lara kan menyatu
tapi bunuh diri bukanlah akhir
dari perjalanan

Apa guna disesalkan
semua telah berjalan
tak perlu saling menyalahkan
anggap saja dunia ini permainan
siapa yang licik dialah yang menang

Aku hanya bisa menggeleng
meratapi bangsa terpuruk ini

0 komentar:

Posting Komentar