Ku
tapaki jejalanan di sebrang sana
gemuruh
klakson meraung – raung
bising
aku
pun terus berjalan menelusuri rerentetan aspal
Pandangku
terbelalak
hatiku
gemetar luruh
tergeletak
tubuh mungil tak berdaya
mati
mukanya
hancur penuh luka
semuanya
merah tertutup darah
aku
tertunduk tak berdaya melihat perutnya yang buncit
dia
bunting
Hidup
tak semudah yang kita bayangkan
tak
semudah mengorek upil di pedalaman
ataupun
makan ayam di kandang
Luka
dan lara kan menyatu
tapi
bunuh diri bukanlah akhir
dari
perjalanan
Apa
guna disesalkan
semua
telah berjalan
tak
perlu saling menyalahkan
anggap
saja dunia ini permainan
siapa
yang licik dialah yang menang
Aku
hanya bisa menggeleng
meratapi
bangsa terpuruk ini
0 komentar:
Posting Komentar